Selasa, 01 November 2011

ekonomi & bisnis

                                                     1. Pertarungan Keripik Pedas


Keripik singkong pedas sudah lama jadi camilan “urang Bandung”. Di pasar Kosambi dan Pasar Baru, konsumen mudah menemukan keriping singkong. Ada yang pedas, rasa keju, ada pula yang asin biasa. Bagi urang Bandung, ngemil tak bisa ditinggalkan. Tak heran bila pasokan keripik singkong selalu laris.
Pasar keripik mendadak heboh ketika muncul merek Maicih. Sambutan urang Bandung begitu meriah. Keripik Maicih diburu. Mengapa konsumen begitu berminat pada produk ini? Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Maicih menarik perhatian urang Bandung.

Pertama, produsen keripik Maicih menawarkan tingkat kepedasan keripik yang bertingkat-tingkat. Makin tinggi tingkat (level), makin pedas. Level 10 dijamin membikin lidah konsumen kepanasan. “Seuuhhhh hah..” kata urang Bandung saking pedesnya. Konsumen bisa memilih tingkat kepedasan yang disukainya. Terobosan ini yang tidak ditemukan pada “keripik tradisional”.

Kedua, keripik Maicih dijual dengan harga standar yang sama. Penjualnya banyak, tapi produsen meminta mereka menetapkan harga jual yang sama kepada konsumen. Jadi, penjual memperoleh marjin penjualan yang sama. Produsen Maicih kerap mengingatkan kalau ada yang menjual lebih mahal dari harga standar, itu bukan Maicih asli.

Ketiga, produsen Maicih menawarkan pengalaman berbelanja yang berbeda. Dengan memanfaatkan kekuatan jejaring Twitter dan Facebook, produsen Maicih memberitahu konsumennya di mana mereka berjualan pada waktu tertentu. Tidak ada “warung” yang menetap. Tempat berjualan yang berpindah-pindah ini memberikan “pengalaman berburu” keripik kepada konsumennya.

Keempat, lantaran berpindah-pindah tempat berjualan, konsumen yang ingin berburu mesti jadi follower Maicih atau mengunjungi halaman Facebook-nya. Di ruang maya inilah, produsen mengedukasi konsumen tentang produk-produknya. Jika ada produk baru, pelanggan dengan cepat mengetahuinya.
Sambutan urang Bandung yang begitu meriah kepada Maicih menunjukkan bahwa pasar keripik pedas masih terbuka. Lantaran itulah, berbagai merek baru kini bermunculan. Jika Anda berjalan-jalan di kota Bandung, akan tampak warung mobil yang menjual keripik pedas ini dengan beraneka merek. Ada Maicih yang satu lagi (merek sama tapi logo berbeda), ada merek Karuhun (yang berarti nenek moyang), ada Kirzam (kependekan dari Kiripik Zampek alias keripik singkong), ada lagi merek lain yang mencoba menggoyang Maicih lewat slogan “Ini bukan keripiknya Emak”.

Nah, di tengah persaingan keripik pedas ini siapa yang senang? Lagi-lagi urang Bandung. Makin banyak pilihan, makin asyik. Lantas siapa yang bakal bertahan di antara berbagai merek itu? Maicih tampaknya masih akan bertengger di atas kecuali bila merek-merek lain sanggup menemukan terobosan yang lebih jitu dan memberi pengalaman belanja yang mengasyikkan kepada konsumen.

Ulasan: 

Maicih adalah keripik pedas paling fenomenal di masa kini, dengan aroma rempah, gurih, dan membuat lidah kita bergoyang. Semua kalangan pun telah banyak yg mencoba rasa yg begitu spektakuler. Di kalangan anak muda dan dewasa muda di Bandung, Maicih bak tren gaya hidup masa kini. Boleh dibilang, anak gaul Bandung belum lengkap kalau belum tahu Maicih.

Di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter tidak ada habisnya membahas MAICIH ini dan para penggemar produk MAICIH ini yang menyebut dirinya Icihers.

Di social media Twitter sekarang muncul akun-akun seperti @infomaicih @maicihsuper dll.

Menurut Sang Presiden (Owner) - Reza Nurhilman a.k.a Axl, bahwa Maicih ini sedang merebak di dunia perkulineran khususnya untuk camilan dan sudah menjangkau kota-kota diluar Bandung (kota asal MAICIH). Sang Presiden juga gak hanya ingin membuat MAICIH jadi makanan khas Bandung tapi bisa menjadi ikon kripik pedas (kripik setan). Dan beliau (Reza Nurhilman) mengatakan bahwa MAICIH bukanlah keripik setan pertama, tapi beliau berharap bahwa MAICIH bukan menjadi sekedar oleh-oleh tapi juga menjadikan kebutuhan.

Yang harus dilakukan oleh owner Maicih agar produknya melesat dan tetap berkembang adalah sebagai berikut :
- Membaca tren yang berkembang di masyarakat lewat pengamatan ataupun survei
- Menemukan dan merumuskan peluang bisnis yang bisa digarap
- Mengembangkan ide/konsep bisnis yang inovatif dan sesuai dengan demand pasar
- Mewujudkan inovasi, baik dalam hal produk, pelayanan, maupun model bisnis
- Menguji coba inovasi yang dilakukan dalam skala kecil dulu (semacam pilot project)
- Mengedukasi SDM/karyawan agar sesuai dengan kultur bisnis yang diadopsi
- Mengomunikasikan dan mempromosikan produk/layanan inovatif tersebut
- Membangun brand awareness dan brand image
- Membangun loyalitas pelanggan/konsumen
- Menggali consumer insight secara rutin/periodik
- Mengembangkan proses inovasi yang berkesinambungan dan berjangka panjang





Sumber: http://blog.tempointeraktif.com/ekonomi-bisnis/pertarungan-keripik-pedas/





                          2. Raja Percetakan Al Quran dari Semarang

Salah satu perusahaan legendaris di Semarang adalah PT Karya Toha Putra (KTP). Perusahaan ini
secara konsisten menerbitkan kitab suci Al Quran sejak tahun 1960-an, didirikan oleh Yasid Toha.
Saat ini KTP yang produknya diekspor hingga ke Arab Saudi, dikelola generasi kedua.

Presdir KTP, Hasan Toha Putra, mengungkapkan, dari dua percetakan KTP di Semarang, tiap bulan
rata-rata mampu mencetak Al Quran sekitar 200 ribu kitab dalam berbagai model dan ukuran.
Dengan omset sebesar itu, Hasan mengklaim KTP sebagai pemimpin pasar penerbitan Al Quran di
Indonesia dengan pangsa pasar 30%. Yang pasti, setiap ada krismon atau krisis global, permintaan Al Quran justru makin tinggi di pasaran, ujar peraih gelar MBA dari Bridgeport University di Connectitut, Amerika Serikat ini. Hasan bersyukur karena masyarakat yang dilanda masalah, pelariannya ke hal-hal positif dengan mencari kedamaian melalui baca Al Quran.

Dari Semarang, Al Quran itu kemudian didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Baik lewat
jaringan toko buku Toha Putra, maupun lewat toko-toko pustaka lainnya. Untuk menyebarkan
kitab suci dan buku-buku Islam lainnya, KTP membuka kantor cabang yang tersebar di 22 kota di
Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Selama ini KTP memang identik sebagai penerbit Al Quran. Namun, sebenarnya, perusahaan ini juga menerbitkan buku-buku agama populer, bahkan banyak yang best seller. Salah satu contohnya adalah buku berjudul Kedahsyatan Fathihah. Tak hanya itu, KTP dikenal pula sebagai penerbit buku pelajaran sekolah madrasah dari tingkat diniyah hingga aliyah.

Pengusaha kelahiran 10 Oktober 1955 ini menjelaskan, sebagai holding KTP tetap dipertahankan
sebagai penerbit Al Quran ternama. Sementara buku lainnya diterbitkan oleh anak perusahaan KTP, antara lain, Pustaka Rizky Putra, Pustaka Nun dan Pustaka Wildan. Kehadiran generasi kedua banyak membawa kemajuan bagi KTP. Berbagai terobosan mulai dari produksi hingga pemasaran lahir dari generasi muda ini. Inovasi yang cukup penting adalah diterbitkannya kitab Al Quran dengan model-model baru yang lebih variatif. Sebelumnya, Al Quran yang diterbitkan masih berupa kitab standar, baik bentuk maupun ukurannya. Lazimnya, kertas masih menggunakan jenis CD dengan warna kecokelatan atau putih. Lalu Hasan melakukan uji coba, sehingga lahirlah Al Quran yang berukuran besar, kecil, bahkan seukuran saku dengan
pilihan warna kertas yang beragam. Menariknya lagi, dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia, Jawa, dan lainnya.

Di luar dugaan, gebrakan produk kitab suci itu diminati pasar. Omsetnya pun terus meningkat, sehingga laba perusahaan naik tajam. Tak berlebihan, bila dikatakan bahwa tahun 1980-an menjadi tonggak bersejarah dalam perjalanan bisnis KTP. Sebab, pada dekade inilah KTP membuka cabang di berbagai kota, baik untuk toko buku maupun distribusi. Dengan komitmen menghasilkan cetakan yang baik, perusahaan ini terus melakukan investasi dengan membeli mesin-mesin cetak yang canggih. Selain mesin cetak yang berkapasitas besar, dibeli pula mesin penjilidan otomatis.


Sumber : http://agusbaktiono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/27/strategi-pengusaha-jawa-tengah-membesarkan-bisnis/



Nama: Triyas Apritantina
NIM: 01108036

1 komentar:

  1. TITIAN GRAND TENNIS - TIPS - Classic Art
    TITE OF TENNIS. sia titanium TITE OF TENNIS is the rocket league titanium white perfect aftershokz trekz titanium destination for titanium nipple bars art installation, for any project, design raw titanium or installation.

    BalasHapus